Nah dari sini komunikasi yang efektif tercipta hanya dengan saling bertemu atau tatap muka. Karena memang bahasa tubuh bisa di lihat. Apa sedih, marah, senang dll. Kalau komunikasi tertulis dan bahkan ada jarak yang memisah sering rerjadi kesalahpahaman. Dari sini saya belajar bahwa komunikasi dengan suami yang berasal dari planet berbeda harus mengikuti kaidah ini.
Pertama paham yang dimaksudkan. Jelas tidak dengan simbol bahkan dengan kode yang hanya menyatakan perasaan tidak di ikuti dengan ajakan atau perintah.
Contoh: "duh mainan anak2 berantakan capek sekali sdah dari tadi di benahi kok masih saja seperti ini" sambil melirik ke suami dan dikeraskan dihadapan suami.
Si suami hanya diam saja karena mungkin menganggap itu hanya keluhan dari istri. Baik-baik saja bagi suami karena tidak ada perintah atau ajakan. Bagi istri hal semacam ini akan berdampak pada emosi kejiwaan yakni ngambek yang tiada bertepi. Maksudnya si istri ini mengajak suami untuk turut membereskan mainan yang berserakan. Tapi tidak di komunikasikan secara jelas.
Harusnya langsung bilang saja "Ayah, tolong bantu ibu membereskan mainan yang berserakan ini, ibuk capek daritadi beresin terus mau istirahat". Jawaban suami akan jelas. Iya atau tidak. Kalau jelas dan jawabannya tidak mungkin memang karena suami sedang capek juga dan jangan ngambek juga. Yang utama adalah penyampaian pesan ini tersampaikan dengan jelas.
Nah, terkadang mau ngomong jelas seperti itu susah sekali karena merasa tidak enak dikira nanti nyuruh2 suami dll.
Sebab itu bukan hanya jelas saja komunikasi yg efektif. Makanya ada waktu yag pas untuk komunikasi. Pilih waktu yang kira2 dia sedang luang dan sudah tidak capek. Salahlah ketika kita ngomong dengan jelas semacam perintah ikut membereskan mainan tetapi dia habis pulang dari kerja. Capek dan jawabannya mungkin tidak sesuai dengan apa yang kita harapkan.
Tatap mata waktu komunikasi. Bukan berjauhan bahkan sambil kita sentuh. Dengan sentuhan pesan tadi lebih beremosi ada semacam ruh nya. Dan dikonfirmasi. Tanyakan lagi apa tadi yang disampaikan jdi tidak salah tangkap apa yang dimaksud. "Ayah ibuk tdi ngomong apa?" "Owh tdi bilang ayah bantuin beresin mainan anak2 yang berserakan yang bagian ini kan buk?" " owh bukan Yah, yang diberesin yang bagian sana yang ini ibuk yang beresin". " oke bagian sana deket kursi itu ya" " ya betul sekali, makasih ya yah sudah mau bantuin walaupun capek (sambil berdapapan dan pegang tangan)"
Clear, waktu pas, konfirmasi, tatap mata, sentuh tangan. Insyaallah pesan akan tersampaikan dan tidak ada istilah kode2an.
Yah ini ak tahu teorinya dan mencoba untuk menerapkannya dalam kehidupan sehari hari. Tapi yaaa ada saja tantangan yang harus di hadapi apalagi kalau semuanya berbarengan berantakan. Cucian belum di jemur masih ada baju kemarin yang belum dilipat. Belum di di setrika, lha kok ya piringnya menumpuk pas anaknya minta di buatin susu. Rasanyaaaa mau marah saja. Semacam penuh dipikiran sudah capek duluan mengingatnya.
Semoga lebih bisa diterapkan ke kehidupan karena ini penting. Ini hanya masalah aku dan kamu. Memang diawal2 pernikahan 5 tahun pertama masih berkutat aku dan kamu. Bagaimana memahami masing2 pasangan. Tapi adapula yang sampai beberapa tahun kemudian masih aku dan kamu. Makanya harus mulai berubah banyak belajar lagi. Agar kebermanfaat keluarga suami istri lebih bisa dirasakan ke oleh orang banyak. Komunikasi lancar kebermanfaatan semakin meluas.